Jenis‑jenis
Lebah
Dari segi pertumbuhannya, yaitu cara hidup yang dijalaninya, jenis‑jenis lebah yang termasuk dalam keluarga lebah dapat digolongkan kepada tiga kelompok (Malysehev 1936).
Lebah ini berbagai jenis yang dapat dibedakan karena setiap lebah betinanya mempunyai ciri dapat membangun sarangnya (yang terdiri dari satu sel atau lebih) serta melengkapi dengan segala kebutuhannya tanpa tergantung atau meminta bantuan kepada individu‑individu yang lain dari jenis yang sama, tetapi ia tidak memelihara anaknya. Karena itu kehidupan antara individu-individu lebah ini adalah tanpa. pekerjaan tertentu dan tanpa pembagian pekerjaan di antara mereka. Lebah penyendiri hidup sendiri‑sendiri dan dua individu tidak bertemu kecuali pada masa perkawinan, antara jantan dan betina yang berlangsung dalam waktu singkat. Segi penting dari jenis‑jenis lebah penyendiri ini adalah mengawinkan berbagal tumbuhan dan karena ini ia juga dinamakan sebagai lebah darat.
Jenis ini hidup di bawah kondisi‑kondisi yang cocok dan keadaan‑keadaan
biasa di tempat‑tempat berkumpul yang mempunyai jumlah hampir bersamaan.
Kegiatan individu dalam kelompok ini secara keseluruhan dikerahkan untuk
melayani semua individu. Semua jenis lebah bermasyarakat melakukan penggudangan
makanan di sarang‑sarangnya untuk memberi makan anak‑anak dan seluruh anggota
masyarakat lebah. Makanan itu disimpan di sel‑sel khusus tempat penyimpanan. Di
dalamnya ia membangun sumur‑sumur dan tempat penyimpanan makanan. Umur dari
ratu jenis lebah ini lebih panjang dari umur lebah penyendiri betina karena tugas
khususnya menghasilkan telur dan para pekerja lebah melakukan perawatan terhadap
ratu ini.
Sarang dan Tempat TInggal Lebah
Firman Allah menyebutkan:
Sementara mufassir mengatakan bahwa kata anittakhidziy adalah Imma
Mashdariyyah dengan takdir ba’almaalabbissaat
yaitu bi anittakhidziy "Supaya
kamu mengambil atau tafsiriyyah (menafsir)”; kata setelah itu, karena di
dalamnya dengan anggapan, pengertian maknanya yang terkenal, yaitu makna ucapan
tanpa hurufnya dan itu cukup menjadikan sebagal tafsiriyyah.
Sedangkan dalam hubungannya dengan sains dalam bidang ini, maka firman Allah dalam surat an‑Nahl ayat 68 tersebut, termasuk gaya bahasa tinggi (al‑balaghah) dan kemukjizatan yang menarik perhatian. Penggunaan kalimat anittakhidziy dalam. bentuk mu’annats karena kata nahl adalah kata benda jenis yang dapat dipandang mudzakkar dan mu’annats. Dari segi lain ungkapan dengan mu’annats di sini barangkali cocok dengan tabiat kehidupan lebah. Lebah betinalah yang melakukan segala usaha dan pekerjaan di koloni‑koloni lebah. Sedangkan lebah jantan tidak melakukan pekerjaan selain kawin saja, yang tidak muncul kecuali menjelang masa kawin, setelah itu ia mati dan punah.
Dalam. ayat 68 surat
an‑Nahl ada ungkapan atau petunjuk kepada tempat tinggal lebah; yaitu topik
besar yang membutuhkan uraian panjang. Bukit secara bahasa menunjukkan dan mengandung
pengertian bumi, batu granit, bukit‑bukitan, gua dan benda‑benda yang terbentuk
akibat faktor‑faktor penggundulan seperti tanah dan seterusnya. Sedangkan pohon
juga menunjukkan dan memasukkan bagian‑bagian pohon seperti dahan, ranting,
daun dan seterusnya. Begitu juga benda‑benda yang terbikin dari kayu seperti
papan dan sebangsanya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Wa maa ya’risyuun adalah
benda‑benda yang digunakan dalam pekerjaan membuat atap atau sarang. Tidak ada
yang lebih menunjukkan akan keajaiban ilmiah Al‑Quran dan pencakupan Al‑Qur'an
terhadap semua hal yang mungkin dilakukan oleh lebah untuk membuat tempat
tinggal, seperti telah disebutkan terdahulu.
Berdasarkan keterangan terdahulu tentang jenis‑jenis lebah
tersebut mirip dengan manusia dalam kebiasaan membuat rumah. Satu kelompok
lebah mempunyai pekerjaan khusus dalam membangun rumah tanpa bantuan kelompok yang
lain, namun perbedaannya dengan manusia adalah hal tabiat spesialisasi ini, dimana
pada lebah merupakan instink dan pada manusia sebagai usaha berencana.
Jadi tabiat membentuk manusia (setiap individu manusia) yang berisikan kesediaan fithri (alami). Kesanggupan mendapat keahlian dalam membangun dengan ilmu dan pengalaman bila ia menginginkannya. Sedangkan pada lebah, maka pada semua kelompok lebah (kecuali lebah kekanak‑kanakan) terdapat sejumlah individu khusus yang sanggup sendiri tanpa bantuan kelompok lain dalam membangun rumah untuk melayani seluruh kelompok.
Spesialisasi ini sesungguhnya berasal dari tabiat instink yang tidak dimiliki kecuali oleh satu kelompok lebah saja. Setiap kelompok mempunyai gaya berbeda dalam membangun rumah yang tergantung kepada tabiat dan cara hidup serta lingkungannya. Alangkah kreatifnya ciptaan Allah Yang Maha Bijaksana, Maha Pencipta. Benar, ini adalah bukti kebenaran Allah. Apakah manusia tidak memikirkan dan mendalaminya?
Untuk lebih menjelaskan
hal‑hal yang diterangkan oleh sains, berikut ini adalah beberapa sorotan atas
setiap kelompok lebah yang mempunyai ciri dan perbedaan dalam sistem kehidupan
dan perbedaan tempat tinggal. Kelompok
pertama, yaitu kelompok penyendiri atau darat dan kelompok kedua, yaitu lebah bermasyarakat, mempunyai ciri dalam membuat
sarang tempat tinggalnya, sedangkan kelompok
ketiga, yaitu lebah kekanak‑kanakan, tidaklah membuat sarangnya karena ia hidup
biasanya di atas kelompok lain. Karena itu pembicaraan akan dipusatkan pada dua
kelompok pertama saja. Berikut ini adalah kajian terhadap tingkah laku berbagai
jenis lebah dalam membuat sarang.
Dari segi pertumbuhannya, yaitu cara hidup yang dijalaninya, jenis‑jenis lebah yang termasuk dalam keluarga lebah dapat digolongkan kepada tiga kelompok (Malysehev 1936).
a. Lebah Penyendiri atau Liar (Solitary or
Wild Bees)
Lebah ini berbagai jenis yang dapat dibedakan karena setiap lebah betinanya mempunyai ciri dapat membangun sarangnya (yang terdiri dari satu sel atau lebih) serta melengkapi dengan segala kebutuhannya tanpa tergantung atau meminta bantuan kepada individu‑individu yang lain dari jenis yang sama, tetapi ia tidak memelihara anaknya. Karena itu kehidupan antara individu-individu lebah ini adalah tanpa. pekerjaan tertentu dan tanpa pembagian pekerjaan di antara mereka. Lebah penyendiri hidup sendiri‑sendiri dan dua individu tidak bertemu kecuali pada masa perkawinan, antara jantan dan betina yang berlangsung dalam waktu singkat. Segi penting dari jenis‑jenis lebah penyendiri ini adalah mengawinkan berbagal tumbuhan dan karena ini ia juga dinamakan sebagai lebah darat.
b. Lebah Bermasyarakat (Social Bees)
c. Lebah Kekanak‑kanakan (ath‑Thufaili)
Lebah jenis ini tidak membuat sarang sendiri dan tidak pula menyimpan
makanan tetapi menempatkan telur‑telumya di sel lebah jenis penyendiri atau
lebah jenis bermasyarakat. Dengan demikian bibit‑bibitnya mendapat makanan dari
usaha orang lain sehingga akhirnya muncul serangga lengkap yang terdiri dari
jantan dan betina.
Sarang dan Tempat TInggal Lebah
"Supaya
kamu mengambil rumah (tempat tinggal) di bukit‑bukit, di pohon‑pohon dan di
mana mereka tinggal."
Kebanyakan
ahli tafsir sepakat mengatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan lebah dan
menjadikan rumah‑rumahnya di bukit‑bukit, di pohon‑pohon kayu, di atap‑atap
atau dinding‑dinding rumah dan lain‑lain. Sarang lebah dinamakan rumah adalah
karena lebah mempunyai cara hidup menakjubkan yang dikendalikan pencipta‑Nya secara
teliti dan rapi yang membingungkan otak manusia. Ia kadang‑kadang juga
dinamakan awkar (kata jamak dari wakr), yang Juga berarti sarang atau tempat
tinggal.
Asal-usul rumah adalah untuk tempat tinggal manusia dan kata wakr digunakan di sini untuk tempat
tinggal yang dibangun lebah sehingga ia dapat mengeluarkan madunya, yang mirip
dengan rumah buatan manusia karena adanya perencanaan yang baik dan pembagian
yang benar. Kalimat wa min asy‑syajari wa mimma ya’risyun "di pohon-pohon dan di tempat‑tempat yang
mereka tinggikan” berarti chrome yang
ditinggikan atau ditempatkan di tempat tinggi oleh manusia, seperti
diriwayatkan oleh Ibnu Zaid dan lain‑lain. Ia berarti atap, seperti
diriwayatkan oleh ath‑Thabari dan lain‑lain. Oleh sebagian ahli tafsir kata min (dari) dalam ayat di atas berati min
tab'idh (di antara, antara lain,
termasuk).
Sesuai individu-individu dan bagian‑bagiannya, maka lebah
tidaklah membuat tempat tinggal pada setiap pohon, bukit dan tempat yang
ditinggikan. la tidak membuat tempat tinggal pada setiap tempat yang disebutkan
tersebut. Tafsiran rumah dengan apa. yang dibangun oleh lebah adalah tafsiran
yang dipegang oleh lebih dari seorang mufassir. Abu Hayyan mengatakan bahwa
yang dimaksud tampaknya adalah ruang‑ruang yang terbentuk di bukit‑bukit, dalam
rongga pohon, sel‑sel yang dibuat manusia untuk lebah dan ruang‑ruang yang ada
di dinding.
Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa isyarat menunjukkan bahwa rumah
bukanlah ruang, tetapi tempat yang dibuat oleh lebah. Ia mengatakan: Saya
menginginkan pengertian al‑ba'dhiyyah
(di antaranya; antara lain) dan bahwa rumah‑rumah itu tidak dibuat pada setiap
bukit, pohon dan apa yang ditinggikan. Kata yarasya berarti hayya’a
(membentuk).
Sedangkan dalam hubungannya dengan sains dalam bidang ini, maka firman Allah dalam surat an‑Nahl ayat 68 tersebut, termasuk gaya bahasa tinggi (al‑balaghah) dan kemukjizatan yang menarik perhatian. Penggunaan kalimat anittakhidziy dalam. bentuk mu’annats karena kata nahl adalah kata benda jenis yang dapat dipandang mudzakkar dan mu’annats. Dari segi lain ungkapan dengan mu’annats di sini barangkali cocok dengan tabiat kehidupan lebah. Lebah betinalah yang melakukan segala usaha dan pekerjaan di koloni‑koloni lebah. Sedangkan lebah jantan tidak melakukan pekerjaan selain kawin saja, yang tidak muncul kecuali menjelang masa kawin, setelah itu ia mati dan punah.
Jadi tabiat membentuk manusia (setiap individu manusia) yang berisikan kesediaan fithri (alami). Kesanggupan mendapat keahlian dalam membangun dengan ilmu dan pengalaman bila ia menginginkannya. Sedangkan pada lebah, maka pada semua kelompok lebah (kecuali lebah kekanak‑kanakan) terdapat sejumlah individu khusus yang sanggup sendiri tanpa bantuan kelompok lain dalam membangun rumah untuk melayani seluruh kelompok.
Spesialisasi ini sesungguhnya berasal dari tabiat instink yang tidak dimiliki kecuali oleh satu kelompok lebah saja. Setiap kelompok mempunyai gaya berbeda dalam membangun rumah yang tergantung kepada tabiat dan cara hidup serta lingkungannya. Alangkah kreatifnya ciptaan Allah Yang Maha Bijaksana, Maha Pencipta. Benar, ini adalah bukti kebenaran Allah. Apakah manusia tidak memikirkan dan mendalaminya?
Madu adalah Makanan kesehatan dan Suplemen makanan yang baik untuk tubuh
kebagian 5 >--
Yuk berkomentar sehat dan membangun! ConversionConversion EmoticonEmoticon