3. Pengertian dan Indikasi kata Wahyu
"... dan la mengutus Rasul. lalu la
mewahyukan (membuatkan) apa yang dikendakinya dengan izin‑Nya."
(QS 42:51)
”Kami mewahyukan(memberi ilham) kepada ibu
Musa ... “(QS 28:7).
Dalam
pengertian isyarat petunjuk dalam firman‑Nya:
"Lalu la
mewahyukan (memberi isyarat petunjuk) kepada mereka supaya mereka bertasbih."
(QS 19:11).
Mujahid
mengatakan bahwa pengertian adalah "Memberi
isyarat petunjuk kepada mereka”. Adh‑Dhahak mengatakan bahwa maksudnya adalah
"dituliskan (ditetapkan) untuk
mereka." Dalam pengertian rahasia:
"....Mewahyukan
(merahasiakan) sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa kata “(QS
6:112).
Kesimpulannya wahyu dipakaikan untuk para Nabi seperti dalam
firmanNya:
"Allah
tidak mungkin berkomunikasi dengan manusia kecuali melalui wahyu atau di balik
tabir atau mengutus seorang Rasul dengan izin‑Nya kepada slapa yang dikehandaki‑Nya"
(QS 26:51).
Mari
kita perhatikan kalimat auha (mewahyukan).
Wahyu itu bisa berarti ilham untuk selain Nabi dan Rasul seperti dalam firman‑Nya:
"Kami
mewahyukan (mengilhamkan) kepada lbu Musa…” (QS 28:7).
Barangkali
juga berarti ilham kepada binatang seperti pada firman‑Nya:
"Tuhanmu
mewahyukan (mengilhamkan) kepada Lebah..." (QS 16:68).
Barangkali
pula wahyu itu berarti Perintah dan izin, khususnya bila kata itu, digunakan
bersama benda padat, seperti Firman Allah dalam surat al‑Zalzalah ketika membicarakan tentang
bumi:
"...bahwa
Tuhanmu mewahyukan kepadanya."
Maksudnya
mengizinkan kepadanya dan memerintahkan. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
wahyu dalam firman Allah:
"Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah..." (QS 16:68).
Bahwa
Allah SWT memberi ilham dan petunjuk.kepada kelompok lebah supaya membuat rumah
yang dapat melindungi mereka beserta anak‑anak mereka di bukit‑bukit dan di
pohon‑pohon dan juga di tempat‑tempat yang didiami manusia. Pengertian ilham
Allah kepada lebah adalah ia menetapkan dalam dirinya dan menciptakan dalam gharizah‑nya supaya melakukan perbuatan-perbuatan
menakjubkan yang telah membingungkan otak manusia ini, di mana sarang‑sarang
ini dibangun di bukit‑bukit atau, pohon‑pohon atau tempat‑tempat yang digunakan
manusia sebagai tempat tinggal.
4. Hubungan Manusia dengan Masalah Lebah
dan Masalah Aqidah
Menarik perhatian bahwa al‑khithab (pesan) di sini dengan
menggunakan dhamir al‑mukhathab (kata
ganti orang kedua) "kamu” (kaf)
yaitu rabbuka (Tuhanmu). Ayat suci
tidak menggunakan kalimat wa auhallahu ila an-nahl "Allah mewahyukan kepada lebah" atau
wa
auhaina ila an‑nahl "Kami mewahyukan kepada lebah".
Namun ayat suci ini berbunyi: auha rabbuka ila an-nahl "Tuhanmu mewahyukan kepada lebah"
(QS 16:68).
5. Pengertian an‑Nahl
Abu Ishaq az‑Zujaj mengatakan tentang firman Allah Azza wa Jalla yang berbunyi: " Tuhanmu mewahyukan kepada lebah." Boleh jadi dinamakan nahl (lebah) karena Allah Azza wa jalla menjadikan manusia mengambil madu yang keluar dari perutnya (dengan pengertian Allah memberikan kepadanya). Pendapat yang lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa Arab. An‑Nahl dapat dipandang sebagai mudzakkar (maskulin) dan sebagai mu’annats (feminin). Ia dijadikan Allah sebagai kata mu’annats pada firman‑Nya anittakhidziy min al jibaal buyuutan "Supaya kamu (feminin) mengambil tempat tinggal di gunung‑gunung…” Orang yang memandangnya sebagai mudzakkar karena lafaznya adalah mudzakkar (nahl) dan orang yang memandangnya sebagai mu’annats karena ia adalah kata jamak dari nahlah. Dalam hadits riwayat Ibnu Umar disebutkan:
"Perumpamaan
orang beriman adalah seperti lebah. Bila ia makan, maka ia makan yang baik dan
bila jatuh, maka ia jatuh atas yang baik."
Madu adalah makan kesehatan dan suplemen makanan yang baik untuk tubuh
kebagian 4 >---
Yuk berkomentar sehat dan membangun! ConversionConversion EmoticonEmoticon