Karena Tidak Jadi Mencuri Ia Dapat Istri

Sumber: pmiifeunej.blogspot.com
Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid  Jami' At-Taubah. Dia adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada  ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang  syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat fakir sehingga  menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam  kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain. Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua  hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai  makanana ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa  bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan.

Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya  memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini. Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah  yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama  sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun  naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia  melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari  rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi.


Keadaannya sedang sepi  dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit,  seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya. Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat  dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan  dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu.

Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena  rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada  ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berkata, 'A'udzu billah! Aku  adalah penuntut ilmu dan tinggal di mesjid , pantaskah aku masuk kerumah orang  dan mencuri barang yang ada di dalamnya?' Dia merasa bahwa ini adalah kesalahn besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan  lagi terong yang ada ditangannya. Akhirnya dia pulang kembali ketempat semula.

Lalu ia masuk kedalam masjid dan mendengarkan syaikh yang saat itu sedang  mengajar. Karena terlalu lapar dia tidak dapat memahami apa yang dia dengar. Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang  perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tidak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan  syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan  tetapi, secara tiba-tiba syaikh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggilah ia dan syaikh itu bertanya, 'Apakah kamu sudah  menikah?'


dijawab, 'Belum,'. 

Syaikh itu bertanya lagi, 'Apakah kau ingin  menikah?'. Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. 

Akhirnya  pemuda itu angkat bicara, 'Ya Syaikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk  membeli roti, bagaimana aku akan menikah?'. 

Syaikh itu menjawab, 'Wanita ini  datang membawa khabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali 
seorang paman yang sudah tua dan miskin', kata syaikh itu sambil menunjuk  seorang laki-laki yang duduk di pojokkan. Syaikh itu melanjutkan pembicaraannya, 'Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak  sendirian dan mungkin diganggu orang. 


Maukah kau menikah dengannya? Pemuda itu  menjawab 'Ya'. Kemudian Syaikh bertanya kepada wanita itu, 'Apakah engkau mau  menerimanya sebagai suamimu?', ia menjawab 'Ya'. Maka Syaikh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan  mahar untuk muridnya itu. 

Kemudian syaikh itu berkata, 'peganglah tangan  isterimu!' Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk kedalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi  wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih  muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.

Sang isteri bertanya, 'Kau ingin makan?' 'Ya' jawabnya. Lalu dia membuka  tutup panci didapurnya. Saat melihat buah terong didalamnya dia berkata: 'heran  siapa yang masuk kerumah dan menggigit terong ini?!'. Maka pemuda itu menangis  dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, 'Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu  Allah berikan rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang  siapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu.

Sumber: E-Book Tidak jadi Mencuri Dapat Istri
Previous
Next Post »

Yuk berkomentar sehat dan membangun! ConversionConversion EmoticonEmoticon