Strategi Mengajar Positif 2



1.Simulasi game ringan. Metode ini telah benyak diprektekkan diberbagai pelatihan-pelatihan. Tujuannya adalah agar para peserta merasa rileks dan enjoi sebelum mendengarkan materi pelatihan tersebut. Dan hal ini telah terbukti dipelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti, salah satunya pelatihan yang diselenggrakan oleh ESQ. Para peserta sangat senang dengan suasana itu sehingga tidak merasa bosan dan merasa waktu berjalan sangat cepat. Metode yang digunakan sangat menarik yaitu, game lalu materi setelah merasa sebagian materi telah disampaikan mereka menyelinginya dengan game lagi dan begitu seterusnya. Keadaan kelas atau proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) akan sangat menyenangkan apabila hal ini diaplikasikan di dalam kelas. Contoh game yang bisa digunakan adalah game tepuk tangan. Guru meminta kepada kepada siswa menepukkan tangannya sesuai dengan instruksi guru.
“anak-anak/teman-teman, ketika saya berkata satu maka kalian menepukkan tangan satu kali saja, jika saya mengatakan dua kalian menepukkan tangan  dua kali dan tepukan kalian harus bersamaan”. Akan ada tepukan tiga kali dan empat kali, tapi biarkan tepukan yang satu kali dan dua kali dimainkan terlebih dahulu hingga bersamaan setelah itu ditambah aba-aba tiga dan empat dengan instruksi yang berbeda yaitu aba-aba tiga bertepuk tiga kali dan aba-aba  empat para siswa meniup teman yang ada disampingnya. Dan aba-aba lima para siswa harus memegang hidung teman yang ada didekatnya atau disampingnya. Ulangi terus menerus pasti keadaan kelas ramai dan menyenangkan. Ulangi juga tepukan yang tidak kompak.
2.    Bercerita. Menyampaikan cerita sebelum KBM dimulai termasuk salah satu cara yang baik untuk menarik perhatian siswa, apalagi kalau cerita yang disampaikan itu sesuatu yang baru dan ditambah lagi dengan penyampaian yang penuh semangat serta tidak monoton alias dengan mimik yang benar. Saya masih sangat ingat dengan seorang ustadz dipondok, ketika itu materi yang akan disampaikan tentang menutut ilmu. Beliau bercerita bagaimana perjuangannya ketika berada di perantauan (Jakarta) dan bagaimana beliau menghidupi diri sendiri karena tidak mendapat biaya sepersen pun dari keluarga di kampung. Masih teringat wajah teman-teman yang sangar serius mendengarkan kisah beliau, kami sangat antusias dan ketika materi tentang menuntut ilmu itu dipaparkan kami semua bisa memahaminya dengan baik, mungkin juga karena kisah yang disampaikan sangat relevan dengan meteri yang akan kami pelajari.
3.    Pertanyaan yang ringan tapi menyenagkan dan menantang. Mungkin ada yang bertanya bagaimana pertanyaan yang ringan tapi menyenangkan dan menantang? Nah, untuk menjawabnya kita bisa memperhatikan contoh berikut. Ketika pelajaran agama misalnya, yang dibahas mengenai Hari Kiamat. Seorang guru bisa mengajukan pertanyaan.
“anak-anak/teman-teman, siapa yang pernah mendengar apa itu hari kiamat?”
“anak-anak/teman-teman, siapa diantara kalian yang pernah melihat orang yang meninggal?” atau kalau yang dihadapi itu siswa yang sudah duduk disekolah menengah.
“anak-anak/teman-teman, bagaimana pendapat kalian tentang isu-isu hari kiamat  yang ramai saat ini?”
Kemudian kalau yang disampaikan materi tentang remaja, guru bisa mengajukan pertanyaan yang menarik, misalnya,
”anak-anak/teman-teman sekalian, ada yang tahu apa itu pacaran?”
“siapa yang diantara kalian yang pernah pacaran dan bagaimana menurut kalian tentang pacaran?” dan berbagai pertanyaan lainnya yang berhubungan dengan remaja, ringan tapi seru.
Bisa dipastikan keadaan kelas akan ramai dan bersemangat. Dan menjadi stimulan bagi siswa agar tetap semangat. Dengan semangat itu akan melahirkan kesenangan terhadap guru tersebut.
            Dibalik semua metode-metode tersebut ada suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru atau pendidik, yaitu dia bukan hanyalah seorang guru yang hanya bisa menyampaikan materinya dan keluar kelas begitu saja, tapi yang tidak kalah pentingnya, seorang guru juga adalah seorang sahabat yang harus bisa berdiskusi dan menjadi pendengar yang baik seperti yang sudah saya utarakan diawal tulisan ini.
            Seorang sahabat yang bisa menciptakan lingkungan yang positif, dalam artian siswa tidak merasa canggung untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya dan tidak merasa tertekan ketika berada dalam kelas secara khusus dan diluar kelas secara umum. Guru bukanlah seorang penguasa dari kerajaan yang bernama ruang kelas, tetapi sebagai seorang fasilitator, motivator, inspirator, dan imaginator. Dengan ini akan tercipta lingkungan yang positif dan aman sehingga siswa bebas bereksplorasi dan mendukung satu sama lain.
            Seorang guru adalah model atau tokoh idola. Maka dari itu semua tindakan akan diperhatikan dan bisa jadi ditiru. Ketika seorang guru melakukan perbuatan yang tidak baik, para siswa akan menganggap guru tersebut tidak pantas berada dikelas untuk mengajar dan menjadi sahabat mereka.
Previous
Next Post »

Yuk berkomentar sehat dan membangun! ConversionConversion EmoticonEmoticon