1.Simulasi game ringan. Metode ini telah benyak diprektekkan
diberbagai pelatihan-pelatihan. Tujuannya adalah agar para peserta merasa
rileks dan enjoi sebelum mendengarkan materi pelatihan tersebut. Dan hal ini
telah terbukti dipelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti, salah satunya
pelatihan yang diselenggrakan oleh ESQ. Para peserta sangat senang dengan
suasana itu sehingga tidak merasa bosan dan merasa waktu berjalan sangat cepat.
Metode yang digunakan sangat menarik yaitu, game lalu materi setelah merasa
sebagian materi telah disampaikan mereka menyelinginya dengan game lagi dan
begitu seterusnya. Keadaan kelas atau proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
akan sangat menyenangkan apabila hal ini diaplikasikan di dalam kelas. Contoh
game yang bisa digunakan adalah game tepuk tangan. Guru meminta kepada kepada
siswa menepukkan tangannya sesuai dengan instruksi guru.
“anak-anak/teman-teman, ketika saya berkata satu maka kalian
menepukkan tangan satu kali saja, jika saya mengatakan dua kalian
menepukkan tangan dua kali dan tepukan
kalian harus bersamaan”. Akan ada tepukan tiga kali dan empat kali, tapi biarkan tepukan
yang satu kali dan dua kali dimainkan terlebih dahulu hingga bersamaan setelah
itu ditambah aba-aba tiga dan empat dengan instruksi
yang berbeda yaitu aba-aba tiga bertepuk tiga kali dan aba-aba empat para siswa meniup teman yang ada
disampingnya. Dan aba-aba lima para siswa harus memegang hidung teman
yang ada didekatnya atau disampingnya. Ulangi terus menerus pasti keadaan kelas
ramai dan menyenangkan. Ulangi juga tepukan yang tidak kompak.
2.
Bercerita. Menyampaikan cerita sebelum KBM dimulai
termasuk salah satu cara yang baik untuk menarik perhatian siswa, apalagi kalau
cerita yang disampaikan itu sesuatu yang baru dan ditambah lagi dengan
penyampaian yang penuh semangat serta tidak monoton alias dengan mimik yang
benar. Saya masih sangat ingat dengan seorang ustadz dipondok, ketika itu
materi yang akan disampaikan tentang menutut ilmu. Beliau bercerita bagaimana
perjuangannya ketika berada di perantauan (Jakarta) dan bagaimana beliau
menghidupi diri sendiri karena tidak mendapat biaya sepersen pun dari keluarga
di kampung. Masih teringat wajah teman-teman yang sangar serius mendengarkan
kisah beliau, kami sangat antusias dan ketika materi tentang menuntut ilmu itu
dipaparkan kami semua bisa memahaminya dengan baik, mungkin juga karena kisah
yang disampaikan sangat relevan dengan meteri yang akan kami pelajari.
3.
Pertanyaan yang ringan tapi menyenagkan
dan menantang. Mungkin
ada yang bertanya bagaimana pertanyaan yang ringan tapi menyenangkan dan
menantang? Nah, untuk menjawabnya kita bisa memperhatikan contoh berikut.
Ketika pelajaran agama misalnya, yang dibahas mengenai Hari Kiamat. Seorang
guru bisa mengajukan pertanyaan.
“anak-anak/teman-teman, siapa yang pernah mendengar apa itu hari kiamat?”
“anak-anak/teman-teman, siapa diantara kalian yang pernah melihat
orang yang meninggal?” atau kalau yang dihadapi itu siswa yang sudah duduk disekolah
menengah.
“anak-anak/teman-teman, bagaimana pendapat kalian tentang isu-isu
hari kiamat yang ramai saat ini?”
Kemudian kalau yang disampaikan materi tentang remaja, guru bisa
mengajukan pertanyaan yang menarik, misalnya,
”anak-anak/teman-teman sekalian, ada yang tahu apa itu pacaran?”
“siapa yang diantara kalian yang pernah pacaran dan bagaimana
menurut kalian tentang pacaran?” dan berbagai pertanyaan lainnya yang berhubungan dengan remaja, ringan
tapi seru.
Bisa dipastikan keadaan kelas akan ramai
dan bersemangat. Dan menjadi stimulan bagi siswa agar tetap semangat. Dengan
semangat itu akan melahirkan kesenangan terhadap guru tersebut.
Dibalik
semua metode-metode tersebut ada suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang
guru atau pendidik, yaitu dia bukan hanyalah seorang guru yang hanya bisa
menyampaikan materinya dan keluar kelas begitu saja, tapi yang tidak kalah
pentingnya, seorang guru juga adalah seorang sahabat yang harus bisa berdiskusi
dan menjadi pendengar yang baik seperti yang sudah saya utarakan diawal tulisan
ini.
Seorang
sahabat yang bisa menciptakan lingkungan yang positif, dalam artian siswa tidak
merasa canggung untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya dan tidak merasa
tertekan ketika berada dalam kelas secara khusus dan diluar kelas secara umum.
Guru bukanlah seorang penguasa dari kerajaan yang bernama ruang kelas, tetapi
sebagai seorang fasilitator, motivator, inspirator, dan imaginator. Dengan ini
akan tercipta lingkungan yang positif dan aman sehingga siswa bebas
bereksplorasi dan mendukung satu sama lain.
Seorang
guru adalah model atau tokoh idola. Maka dari itu semua tindakan akan
diperhatikan dan bisa jadi ditiru. Ketika seorang guru melakukan perbuatan yang
tidak baik, para siswa akan menganggap guru tersebut tidak pantas berada
dikelas untuk mengajar dan menjadi sahabat mereka.
Yuk berkomentar sehat dan membangun! ConversionConversion EmoticonEmoticon